huuuft.... cuma itu yang bisa gue lakuin. Gue terlihat sangat bodoh saat gue menangisi sesuatu yang memang nggak akan pernah terjadi. Gue terlihat seperti orang yang nggak punya tujuan. Gue bingung kenapa gue bisa seperti ini. Kenapa gue harus menangisi orang yang udah lama meninggalkan dunia ini? Kadang - kadang, gue berpikir kalau gue ingin menyusulnya. Kalian pasti tau kan apa alasan gue. Ya, kemunafikan. Gue muak denger kata itu. Bukan cuma denger, tapi gue ngeliat. Bukan cume ngeliat, tapi gue juga ngerasain. Bukan cuma ngerasain, tapi gue juga ngelakuin. Gue cuma bisa memberikan senyuman sinis gue pada mereka yang munafik pada gue. Itu pun kalau mereka membaca isyarat yang gue berikan secara tidak langsung.
Mungkin ada beberapa orang yang bakal kecewa saat baca note gue ini. Gue nggak nyalahin mereka and gue nggak nyalahin diri gue sendiri kenapa gue buat note ini, tapi gue cuma mau menyadarkan kepada mereka terutama diri gue sendiri tentang adanya kemunafikan.
Mungkin ada beberapa orang yang bakal kecewa saat baca note gue ini. Gue nggak nyalahin mereka and gue nggak nyalahin diri gue sendiri kenapa gue buat note ini, tapi gue cuma mau menyadarkan kepada mereka terutama diri gue sendiri tentang adanya kemunafikan.
Sesekali gue membayangkan kalau gue hidup di dunia ini ditemani oleh seorang kakak. Mungkin kemunafikan itu nggak akan menjerumuskan gue atau bahkan akan memberi kebahagiaan tersendiri bagi gue. Kebahagiaan apa gue juga nggak tau dengan kata lain itu nggak akan pernah terjadi.Gue garis bawahin " itu cuma khayalan, dan nggak akan pernah lebih daripada itu ".
Semua memang sudah digariskan oleh Tuhan kalau hidup yang harus gue jalanin seperti ini. Tanpa ditemani seorang kakak, tanpa tempat curhat yang rahasia, tanpa pembelaan, dan tanpa sentuhan hangat jemari seorang kakak saat melihat adik kesayangannya menangis.
Yang bisa gue lakuin sekarang hanya berdo'a. Berdo'a agar gue kuat dan selalu diberi ketabahan yang luar biasa.
No comments:
Post a Comment