my space tracking

Wednesday, November 30, 2011

sebuah kesalahan

Semua yang berpengalaman belum tentu memberikan keunggulan bagi seseorang.  Tergantung bagaimana orang itu menyikapinya, tergantung bagi orang itu menghormatinya. Sebuah kesalahan fatal yang dilakukan membuat seseorang itu tidak mendapatkan apa – apa, saat di mana orang berpengalaman itu memberikan petuah atau nasihat atau sebuah pelajaran kepada dirinya. Satu kebencian pun akan menghancurkan semuanya. Satu umpatan pun akan menutup semuanya.
Itu semua yang terjadi pada dirinya. Awalnya dia hanya merasa kesal pada orang berpengalaman itu, tapi alhasil dia mendapatkan akibatnya. Semua teman – temannya melakukan apa yang diperintahkan orang berpengalaman itu dengan mudah, tapi dia, sulit melakukannya. Seolah – olah semuanya sudah ditutup. Masuk telinga kanan keluar telinga kiri. Hanya sia – sia.
Seharusnya dia beruntung mendapatkan orang berpengalaman itu, tapi karena satu kesalahan semuanya hilang. Bagi beberapa orang yang tidak pernah mendapatkan orang berpengalaman itu akan merasa iri. Ya, mereka iri. Mereka menyesal tidak bisa mendapatkan yang terbaik. Mereka merasa bahwa mereka tertinggal jauh, ibarat yang mendapatkan orang berpengalaman itu sudah sampai ke Bali, tapi mereka hanya baru berjalan beberapa meter. Tapi bagi dia, belum sampai ke Bali sudah kembali ke tempat asalnya, dia lupa membawa bekal dalam perjalanannya.
Dia bingung. Dia berusaha bersikap biasa di hadapan semua orang. Tak ada satu orang pun yang menyadari bahwa dia tertinggal. Hanya kebisuan yang dia dapatkan. Hanya diam yang dia dapatkan. Dan hanya takdir yang mampu menjawab masa depannya. Masa depan yang akan terjadi padanya.
Semoga semua kebencian itu menghilang pada dirinya dan kebehasilan yang dia dapatkan. 

Saturday, November 19, 2011

pengertian dan kebebasan

Aku sakit sekarang. Bukan sakit yang pura - pura. Aku benar - benar sakit.Tak hanya fisikku yang sakit, tapi batinku juga sakit. Tapi kenapa mereka tak mau percaya dengan ucapanku. Apa aku harus mati dulu baru mereka percaya kalau aku benar - benar sakit.
"Bu, aku mohon percayalah padaku. Biarkanlah aku istirahat. Biarkanlah aku tidur sesaat. Aku mohon, jangan samakan keadaan sekarang dengan keadaan ibu yang dulu. Keadaan sekarang sangat berbeda dengan yang dulu. Dunia sekarang lebih keras daripada yang dulu. Aku bukan ibu, tapi aku adalah aku. Aku ingin melakukan semuanya sesuai dengan keinginanku. Bukan maksudku ingin durhaka pada mu ibu, tapi aku hanya ingin bebas. Aku tau kebebebasan itu tak sepenuhnya akan ku dapatkan, aku tau itu ibu. Aku tak pernah menyalahkan ibu karena mendidikku seperti ini, melainkan aku bersyukur karena ibu mau mendidikku dan menyayangiku sampai saat ini. Tapi satu hal yang aku minta darimu ibu, TOLONG MENGERTILAH IBU, mengerti tentang keadaanku sekarang. Bukannya aku egois, tapi aku ingin ibu mengerti aku."

Friday, November 18, 2011

imajinasi tentang sosok seorang kakak

huuuft.... cuma itu yang bisa gue lakuin. Gue terlihat sangat bodoh saat gue menangisi sesuatu yang memang nggak akan pernah terjadi. Gue terlihat seperti orang yang nggak punya tujuan. Gue bingung kenapa gue bisa seperti ini. Kenapa gue harus menangisi orang yang udah lama meninggalkan dunia ini? Kadang - kadang, gue berpikir kalau gue ingin menyusulnya. Kalian pasti tau kan apa alasan gue. Ya, kemunafikan. Gue muak denger kata itu. Bukan cuma denger, tapi gue ngeliat. Bukan cume ngeliat, tapi gue juga ngerasain. Bukan cuma ngerasain, tapi gue juga ngelakuin. Gue cuma bisa memberikan senyuman sinis gue pada mereka yang munafik pada gue. Itu pun kalau mereka membaca isyarat yang gue berikan secara tidak langsung.
Mungkin ada beberapa orang yang bakal kecewa saat baca note gue ini. Gue nggak nyalahin mereka and gue nggak nyalahin diri gue sendiri kenapa gue buat note ini, tapi gue cuma mau menyadarkan kepada mereka terutama diri gue sendiri tentang adanya kemunafikan. 
Sesekali gue membayangkan kalau gue hidup di dunia ini ditemani oleh seorang kakak. Mungkin kemunafikan itu nggak akan menjerumuskan gue atau bahkan akan memberi kebahagiaan tersendiri bagi gue. Kebahagiaan apa gue juga nggak tau dengan kata lain itu nggak akan pernah terjadi.Gue garis bawahin " itu cuma khayalan, dan nggak akan pernah lebih daripada itu ". 
Semua memang sudah digariskan oleh Tuhan kalau hidup yang harus gue jalanin seperti ini. Tanpa ditemani seorang kakak, tanpa tempat curhat yang rahasia, tanpa pembelaan, dan tanpa sentuhan hangat jemari seorang kakak saat melihat adik kesayangannya menangis. 
Yang bisa gue lakuin sekarang hanya berdo'a. Berdo'a agar gue kuat dan selalu diberi ketabahan yang luar biasa.